Sebuah pengalaman yang unik dan menyenangkan ditengah himpitan kepenatan dan rutinitas kampus, hal tersebut saya dapatkan ketika berkunjung ke Subang Jawa Barat. Subang merupakan daerah yang terkenal akan hasil perkebunannya seperti teh, sayur-sayuran, buah-buahan (nanas, rambutan, manggis dan buah-buahan lainnya), di sektor lainnya seperti perikanan subang juga memiliki potensi alam yang terdapat di pesisir utara yang berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sektor wisata juga berkembang, baik jenis wisata yang menawarkan panorama alam nan indah hingga pertunjukan seni budaya seperti Sisingaan, dan berbagai kesenian lainnya.
Namun, ada satu hal yang membuat saya terkesima dan sangat menyenangkan serta dapat membuat pikiran kita segar kembali yaitu pemandangan alam dan tentang pertunjukkan kolecer (bahasa sunda). Kolecer merupakan sebuah mainan atau alat yang berupa kincir angin, baling-baling terbuat dari kayu jati dan ditopang oleh bambu. Dibutuhkan angin yang besar agar kolecer berputar dengan maksimal, sehingga terkadang bunyi dari putara tersebut bagaikan deru mesin pesawat terbang, disisi lain ramainya kolecer tergantung cuaca atau musim yang mendukung.
Banyak warga di daerah subang yang memasang kolecer di pekarangan rumah, sawah maupun pinggir jalan desa. Apabila angin sedang besar maka terdengar gemuruh dari baling-baling tersebu, hobi yang digemari oleh sebagian banyak warga tersebut cukup merogoh kantong agak dalam, hal tersebut untuk membeli baling-baling dan peralatan pendukung lainnya, harga baling-baling yang terbuat dari kayu jati berkisar dari mulai ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah tergantung kualiats bahan kolecer dan panjangnya. ukuran baling-baling tersebut yaitu sekitar 2 meter hingga lebih dari 6 meter. Berbicara mengenai kincir angin tradisional, saya teringat akan Negara Belanda yang juga terkenal dengan kincir anginnya sehingga mendapat julukan negeri kicir angin. Maka dengan banyaknya kolecer yang tersebar di Kabupaten Subang, sudah sepantasnya Subang juga mendapat julukan baru yaitu “Subang Kota Kolecer”.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, mainan tradisional tersebut sudah mulai tergerus arus modernisasi, kolecer yang ada sekarang tidak banyak atau sudah tidak lagi ramai seperti tahun-tahun sebelumnya. Semoga saja kolecer tetap ada menjadi salah satu warisan budaya kita, bila perlu dikembangkan menjadi salah satu tujuan wisata yang menyenangkan dengan membangun desa kolecer yang tentunya akan membantu masyarakat setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar