Jumat, Maret 11, 2011

Karl Marx

Lahir(5 Mei 1818–14 Maret 1883) seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia



Marx menulis banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.

Marx lahir dari keluarga Yahudi. Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Marx.


Pada usianya yang ke-17, ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk belajar kesusastraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The Deity’ namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin. Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans, dan Gerald yang sangat membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan.

Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke kelompok mahasiswa dan dosen muda "Pemuda Hegelian". Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.

Pada tahun 1981 Marx memperoleh gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang dulu sangat dipengaruhi Hegel dan para Hegelian Muda, yang suportif namun kritis terhadap guru mereka. Desertasi doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis yang hambar, namun hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian. Setelah lulus ia menjadi penulis di koran radikal-liberal. Dalam kurun waktu sepuluh bulan bekerja disana menjadi editor kepala. Namun, karena posisi politisnya, koran ini ditutup sepuluh bulan kemudian oleh pemerintah. Esai-esai awal yang di publikasikan pada waktu itu mulai merefleksikan sejumlah pandangan-pandangan yang akan mengarahkan Marx sepanjang hidupnya. Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan prinsip-prinsip demokrasi, humanisme, dan idealisme muda. Ia menolak sifat abstrak filsafat Hegelian, impian naif komunis utopis, dan para aktivis yang menyerukan hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi politik prematur.

Ketika menolak aktivis-aktivis tersebut, Marx meletakkan landasan karyanya. Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakannya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.”[1] Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di negara Romawi).
Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme.

Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional. “Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis. Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman-

Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.

Marx Menikah pada tahun 1843 dan segera terpaksa meninggalkan Jerman untuk mencari atmosfir yang lebih liberal di Paris. Disana ia terus menganut gagasan Hegel dan para pendukungnya, namun ia juga mendalami dua gagasan baru –sosialisme Prancis dan ekonomi politik Inggris. Inilah cara uniknya mengawinkan Hegelianisme, sosialisme, dengan ekonomi politik yang membangun orientasi intelektualitasnya.

Di Perancis ia bertemu dengan Friedrich Engels sahabat sepanjang hayatnya, penopang finansialnya dan kolaboratornya. Engels adalah anak seorang pemilik pabrik tekstil, dan menjadi seorang sosialis yang bersifat kritis terhadap kondisi yang dihadapi oleh para kelas pekerja. Kendati Marx dan Engels memiliki kesamaan orientasi teoritis, ada banyak perbedaan diantara kedua orang ini. Marx cenderung lebih teoritis, intelektual berantakan, dan sangat berorientasi pada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, seorang pengusaha yang rapi dan cermat, serta orang yang sangat tidak percaya pada institusi keluarga. Banyak kesaksian Marx atas nestapa kelas pekerja berasal dari paparan Engels dan gagasan-gagasannya. Pada tahun 1844 Engels dan Marx berbincang lama disalah satu kafe terkenal di Prancis dan ini mendasari pertalian seumur hidup keduanya. Dalam percakapan itu Engels mengatakan, "Persetujuan penuh kita atas arena teoritis telah menjadi gamblang...dan kerja sama kita berawal dari sini." Tahun berikutnya, Engels mepublikasikan satu karya penting, The Condition of the Working Class in England. Selama masa itu Marx menulis sejumlah karya rumit (banyak diantaranya tidak dipublikasikan sepanjang hayatnya), termasuk The Holy Family dan The German Ideology (keduanya ditulis bersama dengan Engels), namun ia pun menulis The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844, yang memayungi perhatiannya yang semakin meningkat terhadap ranah ekonomi.

Di tengah-tengah perbedaan tersebut, Marx dan Engels membangun persekutuan kuat tempat mereka berkolabirasi menulis sejumlah buku dan artikel serta bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels menopang Marx sepanjang hidupnya sehingga Marx menagbdikan diri untuk petualang politik dan intelektualnya. Kendati mereka berasosiasi begitu kuat dengan nama Marx dan Engels, Engels menjelaskan bahwa dirinya partner junior Marx.

Sebenarnya banyak orang percaya bahwa Engels sering gagal memahami karya Marx. Setelah kematian Marx, Engels menjadi juru bicara terkemuka bagi teori Marxian dan dengan mendistorsi dan terlalu meyederhanakan teorinya, meskipun ia tetap setia pada perspektif politik yang telah ia bangun bersama Marx. Karena beberapa tulisannya meresahkan pemerintah Prussia, Pemerintahan Prancis pada akhirnya mengusir Marx pada tahun 1945, dan ia berpindah ke Brussel. Radikalismenya tumbuh, dan ia menjadi anggota aktif gerakan revolusioner internasional. Ia juga bergabung dengan liga komunis dan diminta menulis satu dokumen yang memaparkan tujuan dan kepercayaannya. Hasilnya adalah Communist Manifesto yang terbit pada tahun 1848, satu karya yang ditandai dengan kumandang slogan politik.

Pada tahun 1849 Marx pindah ke London, dan karena kegagalan revolusi politiknya pada tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner lalu beralih ke penelitian yang lebih serius dan terperinci tentang bekerjanya sistem kapitalis. Pada tahun 1852, ia mulai studi terkenalnya tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum. Studi-studi ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital, yang jilid pertamanya terbit pada tahun 1867; dua jilid lainnya terbit setelah ia meninggal. Ia hidup miskin selama tahun-tahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan sedikitnya pendapatan dari tulisan-tulisannya dan dari bantuan Engels.
Pada tahun 1864 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung dengan gerakan pekerja Internasional. Ia segera mengemuka dalam gerakan ini dan menghabiskan selama beberapa tahun di dalamnya. Namun disintegrasi yang terjadi di dalam gerakan ini pada tahun 1876, gagalnya sejumlah gerakan revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir karier Marx. Istrinya meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx sendiri meninggal pada tanggal 14 Maret 1883.

Dalam hidupnya, Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti. Ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal. Pengaruh ini berkembang karena didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia. Ide Marxian baru mulai mendunia pada abad ke-20.

Sistem Religi Dalam Masyarakat

Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang diberikan akal, pikiran dan perasaan. Dengan adanya akal manusia bisa menciptakan suatu kebudayaan dan peradaban yang didalamnya menghasilkan suatu ilmu dan pengetahuan. Tapi ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Oleh karena itu, secara bersamaan muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem alam semesta ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian alam semesta. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Secara terminology, agama Religion (bahasa Inggris) yang berasal dari kata religare (bahasa Latin) "menambatkan, adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Kamus Filosofi dan Agama mendefinisikan agama sebagai ”...sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati”. Selain itu menurut Tylor bahwa asal mula religi adalah adanya kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran ini disebabkan oleh dua hal (Koentjaraningrat, 1980: 48).
Pertama, adanya perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan mati. Manusia sadar bahwa ketika manusia hidup ada sesuatu yang menggerakkan dan kekuatan yang menggerakkan manusia itu disebut “jiwa”. Kedua, peristiwa mimpi, dimana manusia melihat dirinya di tempat lain (bukan di tempat ia sedang tidur). Hal ini menyebabkan manusia membedakan antara tubuh jasmaninya yang berada di tempat tidur dengan rohaninya di tempat-tempat lain yang disebut jiwa. Selanjutnya Tylor mengatakan bahwa jiwa yang lepas ke alam disebutnya dengan roh (makhluk halus). Inilah yang menyebabkan manusia berkeyakinan kepada roh-roh yang menempati alam. Sehingga manusia memberikan penghormatan berupa upacara doa, sesajian dan lain-lain (animisme).
Sistem religi adalah semua agama dari zaman tradisional sampai agama yang modern, tradisional seperti animisme, dinamisme, politheisme, dan henotisme, kemudian berlanjut sampai adanya agama samawi seperti Hindu, Islam, Kristen. Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa atau emosi keagamaan, emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mungkin hanya berlangsung untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang lagi. Emosi keagamaan mendorong manusia melakukan tindakan yang bersifat religi, emosi keagamaan menyebabkan bahwa sesuatu benda, tindakan, dan gagasan, mendapat suatu nilai keramat. Demikian juga benda-benda, tindakan-tindakan atau gagasan-gagasan yang biasanya tidak keramat, biasanya profane, tetapi apabila dihadapi oleh manusia yang dihinggapi oleh emosi keagamaaan sehingga ia seolah-olah terpesona, maka benda-benda, tindakan-tindakan dan gagasan-gagasan tadi menjadi keramat.
Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lainnya, yaitu: (1). Sistem keyakinan, dalam rangka ini para antropolog biasanya menaruh perhatian terhadap konsepsi tentang dewa-dewa yang baik maupun jahat, sifat-sifat dan tanda-tanda dewa-dewa, konsepsi tentang mahluk halus lainya seperti roh leluhur, roh-roh lain yang baik maupun jahat, hantu dan lain-lain, konsepsi tentang dewa tertinggi dan pencipta alam, masalah terciptanya dunia dan alam (kosmologi), masalah mengenai bentuk dan sifat-sifat dunia dan alam (kosmologi), konsepsi tentang hidup dan mati, konsepsi tentang dunia roh dan dunia akhirat lainnya. (2). Sistem upacara keagamaan, secara khusus mengandung emosi aspek yang menjadi perhatian khusus dari para antropolog ialah:
(a). Tempat upacara keagamaan dilakukan, aspek ini berhubungan dengan tempat-tempat keramat dimana upacara dilakukan, seperti makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, mesjid dan sebagainya. (b). Saat upacara keagamaan dijalankan, adalah aspek yang mengenai saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci dan sebagainya. (c). Benda-benda dan alat-alat upacara, dipakai dalam upacara termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti lonceng suci, seruling suci, gendering suci dan sebagainya. (d). Orang yang melakukan dan memimpin upacara, yaitu pendeta, biksu, syaman, dukun dan lain-lain. (e). Upacara itu sendiri banyak juga unsurnya, yaitu: bersaji, berkorban, berdo’a, makan bersama (yang telah disucikan dengan do’a), menari tarian suci, nyanyian suci, berprosesi atau berpawai, memainkan seni drama suci, berpuasa, intolsikasi atau menaburkan pikiran dengan makan obat bius unutk mencapai keadaan trance, mabuk, bertapa, bersemedi.
Diantara unsur-unsur upacara keagamaan tersebut ada yang dianggap penting sekali dalam satu agama, tetapi tidak dikenal dalam agama lain, dan demikian juga sebaliknya. Kecuali itu suatu acara upacara biasanya mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari sejumlah unsur tersebut. Dengan demikian dalam suatu upacara untuk kesuburan tanah misalnya, para pelaku upacara dan para pendeta berpawai terlebih dahulu menuju ke tempat-tempat bersaji, lalu mengorbankan seekor ayam, setelah itu menyajikan bunga kepada dewa kesuburan, disusul dengan doa yang diucapkan oleh para pelaku, kemudian menyanyi bersama berbagai nyanyian suci, dan akhirnya semuanya bersama kenduri makan hidangan yang telah disucikan dengan do’a. (3). Sistem umat yang menganut agama, bersangkutan khusus sub-unsur itu meliputi soal-soal pengikut agama, hubungannya satu dengan lain, hubungan dengan para pemimpin agama baik dalam saat adanya upcara keagamaan maupun dalam kehidupan sehai-hari, dan akhirnya sub-unsur itu juga meliputi soal-soal seperti organisasi para umat, kewajiban, serta hak-hak para warganya.
Menurut Koentjaraningrat, bagaimana kualitas hubungan vertikal antara manusia dan ‘Tuhannya’ dapat dilihat dari sisi sistem emosi keagamaannya, sistem keyakinan, sistem sosial umat yang menganutnya, dan upacara-upacaranya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sidi Gazalba (1973:69-70) yang menyatakan bahwa selalu ada tiga ciri yang ditemukan pada setiap sistem religi: adanya kepercayaan terhadap Tuhan yang kudus, melakukan hubungan dengan Yang Kudus itu dengan ritus, kultus, dan permohonan; dan ada doktrin tentang Yang Kudus.
Referensi:
Koentjraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Koentjaraningrat.1974. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia
Sajogyo, Pudjawati. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Rabu, Maret 02, 2011

Muh. Yamin

Sawahlunto, Sumatera Barat M. Yamin dilahirkan pada tanggal 23 Agustus 1903, dalam perjalanan pendidikannya tidaklah berjalan lurus, ia sering berpindah-pindah sekolah, ia ditempa dilingkungan yang kondusif yang mengantarnya menjadi orang yang diperhitungkan nantinya.

Perjuangan Kebangsaan Indonesia pada permulaan abad ke-20 sudah ditandai dengan isyarat-isyarat yang menunjukkan kemajuan. Pendidikan modern, seperti lazimnya di dunia Barat, mulai berkembang dengan penuh harapan. Tidaklah mengherankan apabila permulaan abad ke-20 itu pula, yaitu tahun 1908 timbul perkumpulan Boedi Oetomo di Jakarta, yang diakui sebagai awal kebangkitan Nasional di kalangan bangsa Indonesia.
Di Tanah Minagkabau sendiri, yaitu tempat kampung halaman Muh. Yamin, juga mulia hidup semangat kebangsaan yang makin lama makin berkembang dengan semarak. Pada tahun 1910, selagi Muh. Yamin masih berusia 17 tahun, di situ sudah berdiri perkumpulan Adabiah yang dipelopori oleh kaum muda Islam anatara lain H. Abdullah Ahmad dan H. Abdul Karim Abdullah. Perkumpulan ini kemudian mendirikan Sekolah Adabiah yang mengajarkan pengetahuan umum dan pelajaran Agama Islam.
Masa-masa selanjutnya Muh. Yamin aktif di organisasi Jong Soematranen Bond. Bahkan ia menjadi ketua organisasi tersebut, selain itu ia juga menjadi anggota Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), di sini kita bias melihat bahwa muncul suatu pergeseran pemikiran Muh. Yamin tau bias semacam kenaikan grafik, dari kecintaannya kepada daerah, meningkat menjadi kecintaan terhadap Indonesia, baik masyarakatnya maupun kebudayaannya. Pada masa munculnya pergerakan-pergerakan atau organisasi yang menyuarakan suatu persatuan Indonesia, Muh. Yamin juga mengambil peranan penting baik dalam organisasi, hingga kongres-kongres pemuda.
Pada masa pendudukan Jepang para pemimpin Indonesia termasuk Muh. Yamin harus bekerja sama dengan Jepang, walaupun itu hanya untuk mengelabui mata pembesar-pembesar Jepang. Peregerakan Tiga A tidak memberikan keuntungan bagi Jepang, lalu dibubarkan. Dibentuklah organisasi baru, yaitu “Pusat Tenaga Rakyat”, disingkat Putera, yang resmi berdiri pada tanggal 1 Maret 1943. Dalam organisasi ini Muh. Yamin duduk sebagai anggota Dewan Penasehat Putera. Sehari-hari Muh. Yamin menjadi pegawai tinggi pada Sendenbu, yaitu semacam Jawatan Penerangan dan Propaganda Pemerintah Jepang. Yamin juga memberi ceramah-ceramah dan kuliah-kuliah pada berbagai lembaga pengetahuan umum untuk pemuda-pemuda.
Tujuan organisasi Putera bagi Jepang adalah untuk memusatkan seluruh kekuatan masyarakat dalam rangka membantu Jepang. Tetapi pemimpin-pemimpin kita yang duduk dalam Putera, termasuk Muh. Yamin, justru memakai Putera untuk mempersiapkan rakyat Indonesia menyongsong kemerdekaan. Akhirnya rakyat Indonesia dari pada bagi Jepang sendiri. Putera kemudian diganti dengan organisasi lain.
Hal lain tentang Moh. Yamin, ia sangat peduli dengan pendidikan sejarah. Bahakan pendidikan secara umum dan pendidikan guru. Khususnya pendidikan sejarah, ia sudah berpikir bahwa pelajaran sejarah seyogianya tidak membosankan murid. Tahun 1956 ia menerbitkan buku Atlas Sejarah dan Lukisan Sejarah yang merupakan alat bantu pengajaran sejarah agar tidak membuat siswa jenuh.
Dalam pengantar buku Atlas Sejarah disebutkan, kami sangat berhemat menyebut segala peperangan dan pertempuran yang berlaku dalam perjalanan sejarah karena kemajuan dunia bukanlah hanya sejarah perang, melainkan sungguh bnayak sangkut-pautnya dengan peristiwa lain. Kami meluangkan tempat abgi pertsamaan waktu dalam sejarah dan bagi penjelasan tentang pengaruh peradaban. Sungguh-sungguh pula kami pertimbangkan bahwa sejarah pada hakikatnya ialah gerakan arus yang tak putus-putusnya dan selalu mendorong manusia dan bangsa mencari bentuk baru. Oleh sebab itu di mana perlu kami tekankan gerak-gerik dinamik sejarah dan cara bagaimana Negara dan peradaban turun-naik silih berganti.

Nicollo Machiavelli

Nicollo Machiavelli (1469-1527) pada masanya ia dianggap sebagai sejarawan terbesar pada akhir Renaissance. Machiavelli memberikan perhatian yang sangat besar pada ilmu politik, semuanya dikarenakan ia mengalami sendiri bagaimana suatu politik berjalan di Italia. Walaupun ia dianggap sebagai sejarawan, sebenarnya ia lebih seorang ahli filsafat politik, yang mencoba membuka hukum-hukum politik lewat sebuah karya sejarah.


Reputasi Machiavelli sebagian besar didasarkan pada nasihat amoral, seandainya bukan inmoral, yang diberikannya dalam The Prince yang ditulis pada tahun 1513. Pandangan-pandangannya tidak lepas menempatkan dirinya sebagai seorang “guru kejahatan”. Namun, di belakang daya tarik “buah terlarang” yang lezat, bagaimanapun para ahli telah menemukan kontribusi signifikan lain dalam karya Machiavelli. Dengan menawarkan sebuah analisis empiris yang rasional tentang negara dan politik modern, ide-idenya dipandang sebagai sebuah kunci pembuka ilmu politik kontemporer. Terlebih lagi ia mendukung suatu politik republikanisme sipil dan kebebasan yang terus-menerus membentuk sejumlah arus dalam pemikiran demokratis. Apakah ia menasihati para pangeran atau rakyat, perhatian utama Machiavelli adalah untuk melestarikan lingkup publik dari pengaruh-pengaruh korup kepentingan pribadi.
Ia percaya bahwa rezim-rezim yang masuk memiliki dua tipe, yaitu “kepangeranan” dan “republik”. Dalam The Prince, ia memberikan nasihat tentang bagaimana mendapatkan dan mempertahankan sebuah kepangeranan. Untuk melakukannya, seorang penguasa bijak hendaknya mengikuti jalur yang dikedepankan berdasarkan kebutuhan, kejayaan, dan kebaikan negara. Hanya dengan memadukan machismo, semangat keprajuritan, dan pertimbangan politik, seorang penguasa barulah dapat memenuhi kewajibannya kepada negara dan mencapai keabadian sejarah. Sebaliknya, Machiavelli mengalihkan perhatiannya dalam Discourses, menekankan tentang penciptaan, penjagaan, dan renovasi sebuah pemerintahan republik yang demokrasi. Perhatian utamanya adalah untuk menunjukkan bagaimana pemerintahan-pemerintahan republik dapat mendorong stabilitas dan kebebasan sambil menghindari pengaruh-pengaruh korupsi yang membuat lemah negara. Sebab bagi Machiavelli, kejayaan, baik pangeran maupun republik merupakan ambisi politik definitif yang dikejar dalam batas-batas yang ditentukan oleh akal, kearifan, nasib baik, dan kebutuhan.
History of Florence (1525), ia mampu dalam mengungkap sebab akibat sejarah pada setiap aspek politik dan menyajikan dengan jelas proses dari perkembangan politik. Ia mempunyai definisi yang bagus dalam melihat latar belakang sejarah bagi perkembangan politik. Ia memahami betul hubungan timbal balik antara politik luar negeri dan dalam negeri, antara kegiatan-kegiatan militer dengan perkembangan politik. Ia mencita-citakan kesatuan negara Italia.

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

Data Observasi
Identitas sekolah
       Nama sekolah : Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Tanjakan
       Nama kepala sekolah : Ma’mun Amien, S.Pd.I.
       Nama wali kelas : Rodiyah
       Alamat sekolah : Jl. Habib Keling Desa Tanjakan Kec. Krangkeng Kab. Indramayu
       Status sekolah : Swasta
       Instansi : Departemen Agama

Data diri siswa yang mengalami kesulitan belajar
       Nama        : Carmi (Amy)
       Kelas         : V
       Tempat, tanggal lahir : Indramayu, 25 September 1998
       Orang tua : Dasan - Marni
       Pekerjaan orang tua : Buruh Tani
       Alamat : Jalan Habib Keling Rt. 15 Rw. 04 Desa Pringgacala Blok Tegarjati Kec. Karangampel Kab.  Indramayu

I. Mengidentifikasi Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar
   Amy merupakan salah satu siswa kelas V dari siswa di Madrasah Ibtidaiyah Tanjakan yang mengalami kesulitan dalam belajar, ia memiliki prestasi belajar yang renag bila dibandingkan dengan teman sekelasnya. Amy mengalami kesulitan dalam upaya mengefektifkan waktu belajar, karena jumlah mata pelajarannya lebih banyak dibanding Sekolah Dasar. Di sisi lain, Amy rupanya rajin berangkat ke sekolah.

II. Melokalisasi Letak Kesulitan
     Dari data yang saya temukan rupanya kesulitan belajar yang dialami oleh Amy ini lebih dikarenakan:
a. Amy mengalami cacat fisik semenjak lahir, ia tidak mempunyai tangan dan kaki yang lengkap;
b. Kondisi perekonomian keluarga yang turut menghambat proses belajarnya;
c. Sarana dan prasarana yang terdapat di mana ia bersekolah tidak memadai
d. Daya tahan tubunya yang lemah
e. Penyakit yang mengganggunya

III. Identifikasi Faktor
    Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S. M. (2002 :325-326), “faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan”.
a. Faktor internal
  1. Dalam hal ini siswa tersebut kurang berminat terhadap mata pelajaran tersebut
  2. Siswa tersebut memiliki motif belajar yang rendah
  3. Siswa tersebut tidak cukup memiliki rasa percaya diri
  4. Siswa tersebut bukanlah pribadi yang mempunyai sikap displin, dalam artian disiplin pribadi rendah
  5. Siswa tersebut ketika mempunyai atau menghadapi setiap persoalan, dia selalu meremehkannya
  6. Secara fisik, siswa tersebut mempunyai fisik yang lemah, ini tidak terlepas dari konsumsi kesehariannya yang tidak cukup untuk menambah staminanya
  7. Kelelahan secara fisik, usia yang masih terbilang anak-anak membawa dampak terhadap kondisi fisiknya, waktu bermain tidak terjadual dengan teratur. Akibatnya, setiap kali dia belajar di kelas lesu dan kurang bersemangat yang terlihat.
  8. Siswa tersebut mempunyai cacat fisik semenjak dia dilahirkan.
b. Faktor eksternal
  1. Program belajar dan pembelajaran yang terdapat di sekolah ia berada tidak tersusun denagn baik
  2. Fasilitas belajar dan pembelajaran di tempat ia bersekolah tidak sesuai dengan kebutuhannya
  3. Adanya tekanan dari lingkungannya, misalnya cemoohan dan lainnya.
IV. Memikirkan dan Menetapkan Tindakan Yang Akan Diambil
      Atas dasar gejala dan latar belakang kesulitan sesuai dengan data yang saya peroleh, saya mempunyai atau memberikan suatu tindakan yang solutif. Tindakan tersebut saya sesuaikan dengan sifat masalah yang dihadapi.
  • Pemeriksaan kesehatan. Hal ini saya anjurkan karena melihat kondisi fisik dan psikis yang dialami oleh siswa tersebut. Pemeriksaan kesehatan guna memperbaiki kondisi tubuhnya. Karena selama ini, siswa tersebut kurang dalam kecukupan gizinya, hal ini terkait akan pendapatan keluarganya.
  • Pelajaran tambahan secara khusus. Pemberian materi tambahan secara khusus terlebih karena prestasinya yang kurang memuaskan, ditambah dia tidak memiliki rasa percaya diri yang tinggi, jadi sikap guru pembimbing haruslah menjadi seorang teman, kakak, ataupun orang tuanya.
  • Mengubah situasi keluarga. Kondisi keluarga siswa yang tidak menguntungkan dia dalam proses belajar mengajar haruslah di ubah, kondisi keluarga yang kondusif sangat membantu dalam proses belajar mengajarnya.
  • Peningkatan sarana dan prasarana di mana ia bersekolah. Perpustakaan, dan sarana belajar lainnya harus mampu menjadi alat untuk mendorong prestasinya.

V. Tindak Lanjut
     Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaaktif, inspiratif, menyenangkan, menentang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik seta psikologis peserta didik. Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pemebelajaran pasti dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah belajar.

Educational Sociology

Educational Merupakan bidang kajian sosiologi yang perintisnya selalu dikaitkan dengan sosiolog pendidikan Lester Frank Ward (1841-1913) pada tahun 1883, Ward menegaskan bahwa untuk memperbaiki masyarakat diperlukan pendidikan (Ballantine, 1983: 11; Supardan, 2007: 89). Lebih lanjut Ward menegaskan bahwa perbedaan kelas yang terjadi dalam masyarakat bersumber kepada perbedaan pemilikan kesempatan, terutama kesempatan dalam memperoleh pendidikan. Perbedaan pemilikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan tersebut mengarah kepada monopoli pemilikan sumber-sumber sosial maupun keadilan. Pemikirannya sedikit banyak dipengaruhi oleh Herbert Spencer dan Auguste Comte, tugas utama sosiologi (ilmu murni) adalah meneliti hukum-hukum dasar struktur sosial dan perubahan sosial, tentu saja ini menimbulkan suatu ketidak puasan pada diri Ward. Ia yakin sosiologi tentu mempunyai sisi praktisnya, sosiologi harus pula menjadi ilmu terapan (Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2010: 66-67). Dengan berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki kapasitas belajar yang sama, dan dia mendesak pemerintah Amerika untuk mendirikan cabang sosiologi - educational sociology.

Lester Frank Ward

Cabang sosiologi ini mengandalkan pada problem solving sebagai metodenya, subdisiplin ini juga banyak berkutat dengan discourse mengenai permasalahan pendidikan dan upaya untuk memperbaiki pendidikan, educational sociology tidak menjadikan pendidikan yang di dalamnya terdapat sebuah institusi, peserta didik, masyarakat dan materi yang diajarkan menjadi sebuah materi atau bahan yang diangkat guna penelitian, para penganut educational sociology terjebak pada pemikiran dan discourse yang tidak pernah selesai tanpa ada hasil yang didapatkan untuk kemajuan suatu pendidikan. Akan tetapi, pada awal perkembangannya di Amerika, educational sociology menjadi trend hingga beberapa universitas membuka program ini.
Perkembangan educational sociology menimbulkan ketidakpuasan dari sosiolog seperti Robert Angell, baik nama subdisiplin maupun metodenya sehingga pada tahun 1928 muncul istilah baru yaitu sociology of education. Ia perpandangan jawaban sosiologis tidak untuk mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi dunia pendidikan. Sociology of education cukup bertugas melakukan berbagai riset dan menjadikan institusi pendidikan sebagai sumber data ilmiah. Dengan demikian yang menjadi pusat perhatian dalam sociology of education adalah penelitian dan hasilnya, bukan diskusi tentang penanggulangan masalah pendidikan. Perkembangan subdisiplin ini lebih pesat dan mendapat dukungan besar dari Inggris, Prancis, dan Jerman.
Menurut Brookover, bidang-bidang kajian materi sociology of education mencakup (a) hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain; (b) hubungan sekolah dengan komunitas sekitarnya; (c) hubungan antarmanusia dalam sistem pendidikan; (d) pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik (Pavalko, 1976: 14-16; Supardan, 2007: 90).
Walaupun kedua istilah tersebut bertentangan satu dengan yang lainnya, baik dari segi nama subdisiplin, metode, dan fokus kajiannya. Yang patut kita cermati bahwa subdisiplin educational sociology dan sociology of education pernah menjadi salah satu subdisiplin yang mendapat tempat khususnya dalam sosiologi dan pendidikan.

Referensi
Supardan, Dadang. 2007. Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Kata Pengantar: Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, M.A. ed. 1.cet1. Jakarta: Bumi Aksara
Ritzer, George. Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern. Edisi keenam. Jakarta: Kencana