Rabu, Maret 02, 2011

Muh. Yamin

Sawahlunto, Sumatera Barat M. Yamin dilahirkan pada tanggal 23 Agustus 1903, dalam perjalanan pendidikannya tidaklah berjalan lurus, ia sering berpindah-pindah sekolah, ia ditempa dilingkungan yang kondusif yang mengantarnya menjadi orang yang diperhitungkan nantinya.

Perjuangan Kebangsaan Indonesia pada permulaan abad ke-20 sudah ditandai dengan isyarat-isyarat yang menunjukkan kemajuan. Pendidikan modern, seperti lazimnya di dunia Barat, mulai berkembang dengan penuh harapan. Tidaklah mengherankan apabila permulaan abad ke-20 itu pula, yaitu tahun 1908 timbul perkumpulan Boedi Oetomo di Jakarta, yang diakui sebagai awal kebangkitan Nasional di kalangan bangsa Indonesia.
Di Tanah Minagkabau sendiri, yaitu tempat kampung halaman Muh. Yamin, juga mulia hidup semangat kebangsaan yang makin lama makin berkembang dengan semarak. Pada tahun 1910, selagi Muh. Yamin masih berusia 17 tahun, di situ sudah berdiri perkumpulan Adabiah yang dipelopori oleh kaum muda Islam anatara lain H. Abdullah Ahmad dan H. Abdul Karim Abdullah. Perkumpulan ini kemudian mendirikan Sekolah Adabiah yang mengajarkan pengetahuan umum dan pelajaran Agama Islam.
Masa-masa selanjutnya Muh. Yamin aktif di organisasi Jong Soematranen Bond. Bahkan ia menjadi ketua organisasi tersebut, selain itu ia juga menjadi anggota Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), di sini kita bias melihat bahwa muncul suatu pergeseran pemikiran Muh. Yamin tau bias semacam kenaikan grafik, dari kecintaannya kepada daerah, meningkat menjadi kecintaan terhadap Indonesia, baik masyarakatnya maupun kebudayaannya. Pada masa munculnya pergerakan-pergerakan atau organisasi yang menyuarakan suatu persatuan Indonesia, Muh. Yamin juga mengambil peranan penting baik dalam organisasi, hingga kongres-kongres pemuda.
Pada masa pendudukan Jepang para pemimpin Indonesia termasuk Muh. Yamin harus bekerja sama dengan Jepang, walaupun itu hanya untuk mengelabui mata pembesar-pembesar Jepang. Peregerakan Tiga A tidak memberikan keuntungan bagi Jepang, lalu dibubarkan. Dibentuklah organisasi baru, yaitu “Pusat Tenaga Rakyat”, disingkat Putera, yang resmi berdiri pada tanggal 1 Maret 1943. Dalam organisasi ini Muh. Yamin duduk sebagai anggota Dewan Penasehat Putera. Sehari-hari Muh. Yamin menjadi pegawai tinggi pada Sendenbu, yaitu semacam Jawatan Penerangan dan Propaganda Pemerintah Jepang. Yamin juga memberi ceramah-ceramah dan kuliah-kuliah pada berbagai lembaga pengetahuan umum untuk pemuda-pemuda.
Tujuan organisasi Putera bagi Jepang adalah untuk memusatkan seluruh kekuatan masyarakat dalam rangka membantu Jepang. Tetapi pemimpin-pemimpin kita yang duduk dalam Putera, termasuk Muh. Yamin, justru memakai Putera untuk mempersiapkan rakyat Indonesia menyongsong kemerdekaan. Akhirnya rakyat Indonesia dari pada bagi Jepang sendiri. Putera kemudian diganti dengan organisasi lain.
Hal lain tentang Moh. Yamin, ia sangat peduli dengan pendidikan sejarah. Bahakan pendidikan secara umum dan pendidikan guru. Khususnya pendidikan sejarah, ia sudah berpikir bahwa pelajaran sejarah seyogianya tidak membosankan murid. Tahun 1956 ia menerbitkan buku Atlas Sejarah dan Lukisan Sejarah yang merupakan alat bantu pengajaran sejarah agar tidak membuat siswa jenuh.
Dalam pengantar buku Atlas Sejarah disebutkan, kami sangat berhemat menyebut segala peperangan dan pertempuran yang berlaku dalam perjalanan sejarah karena kemajuan dunia bukanlah hanya sejarah perang, melainkan sungguh bnayak sangkut-pautnya dengan peristiwa lain. Kami meluangkan tempat abgi pertsamaan waktu dalam sejarah dan bagi penjelasan tentang pengaruh peradaban. Sungguh-sungguh pula kami pertimbangkan bahwa sejarah pada hakikatnya ialah gerakan arus yang tak putus-putusnya dan selalu mendorong manusia dan bangsa mencari bentuk baru. Oleh sebab itu di mana perlu kami tekankan gerak-gerik dinamik sejarah dan cara bagaimana Negara dan peradaban turun-naik silih berganti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar